Chloe Arani,
itulah namanya. Ia biasa dipanggil dengan Chloe. Ia gadis yang pintar, periang,
dan memiliki banyak teman, tetapi siapa sangka dibalik keriangannya tersebut,
ia pernah mengalami penderitaan pada saat ia kecil. Chloe adalah anak
satu-satunya dari keluarga yang berkecukupan, bahkan dapat dikatakan memiliki
status ekonomi menengah keatas. Ibu dan ayahnya juga sangat sayang kepadanya
dan mereka selalu berusaha untuk memberikan apa saja yang diminta oleh Chloe
karena ibu dan ayahnya Chloe tahu bahwa Chloe dari kecil sering sekali sakit.
Walaupun ia sering sekali sakit, tetapi ia berusaha untuk selalu senang dan
tidak mengeluh. Ia juga dari kecil selalu berusaha untuk mandiri dan jarang
meminta apa-apa dari kedua orang tuanya dengan alasan tidak ingin merepotkan
kedua orang tuanya.
Penderitaan
Chloe bermulai ketika ia harus pindah ke salah satu kota terbesar di Jawa
Barat, yaitu Bandung pada saat berumur 14 tahun. Chloe pindah dari Balikpapan
ke Bandung karena ayahnya yang dipindahkan tugas ke Bandung dan ia pun harus
menurut walaupun sebenarnya ia tidak mau pindah ke Bandung karena ia sudah nyaman
dan memiliki banyak teman di Balikpapan. Ia dan kedua orangtuanya pun berpisah
dengan teman-temannya Chloe yang berada di Balikpapan sambil menitikkan air
mata.
Tepat pada tahun
2004 lah penderitaan Chloe dimulai. Ia pindah ke Bandung ke sebuah kompleks
perumahan sederhana karena memang ayahnya mendapat rumah dinas di Bandung,
tidak seperti di Balikpapan yang merupakan rumahnya sendiri. Setelah Chloe
merapikan barang-barang bawaannya dari Balikpapan, esoknya ia dan keluarganya
pun segera memperkenalkan diri dengan tetangga-tetangga sekitar.
“Halo nama aku
Chloe. Aku sekarang tinggal di rumah yang baru itu. Semoga kita bisa berteman
baik ya teman-teman,” ungkap Chloe saat memperkenalkan diri di depan
teman-temannya yang memiliki umur berbeda-beda. Ada yang sepantaran, lebih tua,
dan lebih muda darinya. Pada saat berkenalan, ia bukannya mendapatkan respon
positif, tetapi malah mendapatkan respon negatif dari teman-temannya. Saat ia mengulurkan
tangan untuk bersalaman dengan teman-temannya, teman-temannya pun malah
mengacuhkannya. Tidak ada yang mau bersalaman dengan Chloe, kecuali satu anak,
yaitu Ajeng. Ajeng adalah seorang anak yang lebih muda satu tahun dari Chloe.
“Halo Chloe aku
Ajeng. Maaf y Chloe teman-teman semuanya suka begitu. Mereka jahat nggak mau
temenan sama orang lain.” Ujar Ajeng saat memperkenalkan diri dengan Chloe.
“Iya Ajeng nggak
apa-apa kok. Makasih ya udah mau temenan sama aku.” Kata Chloe menanggapi.
Pada saat mereka
sedang berbicara satu sama lain, anak-anak yang lain pun langsung memanggil
Ajeng dan memperlihatkan tatapan tidak suka terhadap Chloe. Chloe pun sangat
sedih dan rasanya ingin menangis, tapi ia tidak ingin kedua orang tuanya tahu
kalau ia sedih atau menangis, ia tidak ingin kedua orang tuanya menjadi sedih
karenanya. Maka itu, ia selalu memendam perasaannya sendiri.
Pindahnya rumah Chloe
dari Balikpapan ke Bandung juga otomatis memindahkan sekolah Chloe yang semula
di Balikpapan menjadi di Bandung. Kedua orang tua Chloe pun sudah mendaftarkan
Chloe di sekolah yang berada tidak jauh dari kompleks perumahan yang kini ia
tempati. Pada saat mendaftar, Chloe ditempatkan di kelas 2-2 SMP karena pada
saat ia pindah juga saat itu ia sedang duduk di bangku kelas 2 SMP. Chloe masuk
ke kelas dengan diantar oleh ibu guru. Pada saat ia masuk ke kelas, semua
anak-anak yang semula sibuk dengan kegiatan masing-masing, kini serentak
memandang Chloe.
“Ayo Chloe
silahkan perkenalkan diri kamu,” kata bu guru.
“Baik bu,” kata
Chloe dengan tersenyum.
“Halo
teman-teman, aku Chloe baru pindah dari Balikpapan. Aku mau kita bisa berteman
baik ya teman-teman,” ujar Chloe saat memperkenalkan diri.
Saat pandangan
Chloe berkeliling melihat teman-teman sekelasnya, ia menemukan pandangan yang
tidak asing, yaitu wajah-wajah beberapa teman satu kompleknya pada saat ia
berkenalan kemarin. Ia pun menjadi takut dan ingin menangis karena wajah-wajah
tersebut menatapnya dengan sinis, tetapi ia tetap berusaha untuk tersenyum.
“Chloe silahkan
kamu duduk di sebelah Dina, di bangku belakang itu,” kata ibu guru memberikan
instruksi.
Ketakutan Chloe
pun makin menjadi saat ia tahu bahwa bu guru memintanya untuk duduk di sebelah
dan di depan teman-teman satu kompleknya itu. Chloe pun dengan wajah ketakutan
berjalan ke arah tempat yang ditunjukkan oleh ibu guru. Ia pun segera duduk dan
ibu guru keluar dari ruangan kelas 2-2.
“Halo!” Kata
Chloe berusaha untuk ramah keteman-teman satu kompleknya tersebut.
“Siapa yang
suruh lo buat duduk disini? Lo ngga tau kalo kita ini penguasa sekolah? Jangan
harap lo bisa temenan sama kita. Sana lo pindah tempat duduk, males gue lo
duduk di sebelah gue.” Ujar Dina.
“Tapi kan semua
tempat duduk udah penuh Din, aku duduk dimana nanti?” Tanya Chloe.
“Ya terserah lo
lah yang jelas jangan disini atau mungkin di kelas lain lebih baik buat lo.”
Balas Dina.
“Yah Dina jangan
gitu dong. Chloe kan anak baru, nanti kalau dia nyasar terus ngadu ke guru
gimana? Sini Chloe sayang sama Aa’ Bagas aja,” goda Bagas.
“Hahahahaha.”
Semua pun tertawa.
“Yasudah lo
boleh disini asal lo harus nurutin semua keinginan gue dan anak-anak. Deal?” Tanya Dina.
“Oke aku janji,”
Kata Chloe.
Akhirnya guru
pun tiba dan pelajaran dimulai.
Hari-hari yang
Chloe lalui saat ini seperti berada di bawah penjara dan selalu tertekan oleh
teman-teman barunya. Chloe selalu ingat dengan teman-temannya di Balikpapan dan
tanpa terasa air matanya pun sering menetes jika ia ingat saat-saat di
Balikpapan, tetapi ia selalu menguatkan diri dengan memikirkan bahwa ini hanya
sementara dan semua kesenangan harus ada usahanya. Suatu saat nanti ia akan
mendapatkan teman-teman yang sayang padanya sama seperti teman-temannya di
Balikpapan. Chloe selalu memberikan apa yang teman-temannya inginkan, mulai
dari membuatkan tugas mereka, memberikan contekan pada saat UAS hingga selalu
mentraktir mereka setiap hari dan karena itulah uang jajan Chloe pun habis
sehingga ia selalu membawa bekal dari rumah. Walaupun uang jajan Chloe habis
untuk mentraktir teman-temannya, tetapi Chloe tidak pernah mengatakan kepada
kedua orang tuanya. Nilai-nilai dan prestasi Chloe yang semula bagus di
Balikpapan juga menjadi hancur sejak kepindahannya ke Bandung. Ajeng pun selalu
berusaha memperingatkan Chloe untuk tidak menuruti apa mau teman-temannya lagi,
tetapi karena Chloe masih beranggapan bahwa suatu saat semuanya akan berubah,
ia pun tetap dibutakan dengan pikiran tersebut.
Saat SMA pun
Chloe masih satu sekolah dengan teman-temannya karena nilai Chloe yang pas-pasan
saat SMP sehingga ia tidak dapat diterima di SMA terbaik se Kota Bandung.
Hingga kelas dua SMA, Chloe masih diperlakukan semena-mena oleh teman-temannya
sampai pada saat kedua orang tuanya curiga dengan perubahan sikap Chloe yang
tak acuh terhadap lingkungan sekitar. Orang tua Chloe pun mencari tahu kepada
Ajeng tanpa sepengetahuan Chloe dan Ajeng pun memberitahu semuanya. Setelah Chloe
pulang sekolah, ibu dan ayahnya pun mengajak Chloe untuk berbicara mengenai
keadaan Chloe akhir-akhir ini dan pada saat itu juga untuk pertama kalinya
Chloe melihat ibunya menangis di depan Chloe karena ibunya tahu bahwa Chloe
telah diperlakukan semena-mena oleh teman-temannya. Pada saat itu juga Chloe
tersadar bahwa selama ini ia telah menjadi korban dari perlakuan teman-temannya
dan pada saat itu juga, Chloe memutuskan untuk bisa berubah walaupun ia tidak
memiliki teman sama sekali karena ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya
khawatir.
Esoknya, pada
saat di sekolah Chloe bertemu dengan Dina, Bagas, Ajeng, dan kawan-kawannya
yang lain. Mereka pun seperti biasa meminta Chloe untuk mengerjakan tugas
mereka, tetapi Chloe pun menolak untuk memenuhi permintaan mereka. Dina, Bagus,
dan kawan-kawan pun terheran-heran saat Chloe berani menolak permintaan mereka sehingga
mereka mengancam Chloe dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan berteman lagi
dengan Chloe. Chloe pun menjawab dengan senyum dan berkata
“Memang hanya
sedikit teman yang tulus, tetapi kita harus usaha buat nyari itu. Mendingan aku
cari teman yang lain aja karena aku nggak mau hidup aku gini-gini aja. Aku mau
maju.”
Semua teman
Chloe pun terdiam, kecuali Ajeng yang tersenyum dengan keberanian Chloe dalam
mengambil keputusan.
Semakin hari
nilai-nilai sekolah Chloe pun kian membaik dan ia juga saat ini aktif di organisasi
sekolahnya, yaitu OSIS sehingga ia kini mulai mempunyai banyak teman dan bahkan
lebih dikenal daripada teman-temannya dulu, seperti Dina, Bagas, dan
kawan-kawan. Chloe pun masih berteman baik dengan Ajeng dan Ajeng telah
dianggap sebagai adik sendiri oleh Chloe. Mereka sering main dan jalan-jalan
bersama. Ajeng juga telah mulai menjauhi Dina, Bagas, dan kawan-kawan.
Meningkatnya
prestasi Chloe dan semangat Chloe yang tinggi membuat Chloe mendapatkan nilai
UAN tertinggi di SMAnya dan mendapatkan PMDK untuk langsung masuk ke salah satu
Institut Teknologi terfavorit di Bandung.
Pada tahun 2008
Chloe memulai kuliah dan ia senang sekali karena ia langsung memiliki banyak
teman dan ia terpilih sebagai salah satu mahasiswa baru terfavorit di
jurusannya. Chloe pun menjadi mahasiswi yang ramah, aktif, dan juga menjabat
sebagai ketua program studi pada angkatannya.
Tahun 2011 adalah
saat yang tidak disangka-sangka bagi keluarga dan teman-teman yang kenal dekat
dengan Chloe. Chloe yang dikenal sebagai pribadi yang pintar, ramah, hangat,
dan penurut dengan orang tua, kini telah meninggalkan keluarga dan
teman-temannya. Chloe yang hampir menyelesaikan pendidikannya di salah satu
Institut Teknologi yang berada di Bandung tersebut mengalami kecelakaan lalu
lintas pada pertengahan bulan Februari 2011 lalu yang menyebabkan ia
meninggalkan keluarga dan semua orang yang kenal kepadanya. Semua yang kenal
dengan Chloe sangat kaget mendengar kepergian Chloe yang sangat mendadak karena
Chloe saat itu berpamitan untuk pergi ke Jakarta dalam rangka aksi sosialnya. Pada
pertengahan Februari tahun lalu, satu kampus berduka atas kepergian Chloe dan
banyak yang mengiringi ia ke tempat peristirahatan terakhirnya karena Chloe
merupakan sosok yang unik dan disayangi oleh semua orang. Selamat jalan Chloe.
Tragis cerpennya.alurnya sudah baik tetapi kurang sentuhan setting dan permainan kata
ReplyDelete