Sunday 29 April 2012

Chloe....

Chloe Arani, itulah namanya. Ia biasa dipanggil dengan Chloe. Ia gadis yang pintar, periang, dan memiliki banyak teman, tetapi siapa sangka dibalik keriangannya tersebut, ia pernah mengalami penderitaan pada saat ia kecil. Chloe adalah anak satu-satunya dari keluarga yang berkecukupan, bahkan dapat dikatakan memiliki status ekonomi menengah keatas. Ibu dan ayahnya juga sangat sayang kepadanya dan mereka selalu berusaha untuk memberikan apa saja yang diminta oleh Chloe karena ibu dan ayahnya Chloe tahu bahwa Chloe dari kecil sering sekali sakit. Walaupun ia sering sekali sakit, tetapi ia berusaha untuk selalu senang dan tidak mengeluh. Ia juga dari kecil selalu berusaha untuk mandiri dan jarang meminta apa-apa dari kedua orang tuanya dengan alasan tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya. 

Penderitaan Chloe bermulai ketika ia harus pindah ke salah satu kota terbesar di Jawa Barat, yaitu Bandung pada saat berumur 14 tahun. Chloe pindah dari Balikpapan ke Bandung karena ayahnya yang dipindahkan tugas ke Bandung dan ia pun harus menurut walaupun sebenarnya ia tidak mau pindah ke Bandung karena ia sudah nyaman dan memiliki banyak teman di Balikpapan. Ia dan kedua orangtuanya pun berpisah dengan teman-temannya Chloe yang berada di Balikpapan sambil menitikkan air mata.

Tepat pada tahun 2004 lah penderitaan Chloe dimulai. Ia pindah ke Bandung ke sebuah kompleks perumahan sederhana karena memang ayahnya mendapat rumah dinas di Bandung, tidak seperti di Balikpapan yang merupakan rumahnya sendiri. Setelah Chloe merapikan barang-barang bawaannya dari Balikpapan, esoknya ia dan keluarganya pun segera memperkenalkan diri dengan tetangga-tetangga sekitar. 

“Halo nama aku Chloe. Aku sekarang tinggal di rumah yang baru itu. Semoga kita bisa berteman baik ya teman-teman,” ungkap Chloe saat memperkenalkan diri di depan teman-temannya yang memiliki umur berbeda-beda. Ada yang sepantaran, lebih tua, dan lebih muda darinya. Pada saat berkenalan, ia bukannya mendapatkan respon positif, tetapi malah mendapatkan respon negatif dari teman-temannya. Saat ia mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan teman-temannya, teman-temannya pun malah mengacuhkannya. Tidak ada yang mau bersalaman dengan Chloe, kecuali satu anak, yaitu Ajeng. Ajeng adalah seorang anak yang lebih muda satu tahun dari Chloe.

“Halo Chloe aku Ajeng. Maaf y Chloe teman-teman semuanya suka begitu. Mereka jahat nggak mau temenan sama orang lain.” Ujar Ajeng saat memperkenalkan diri dengan Chloe.
“Iya Ajeng nggak apa-apa kok. Makasih ya udah mau temenan sama aku.” Kata Chloe menanggapi.
Pada saat mereka sedang berbicara satu sama lain, anak-anak yang lain pun langsung memanggil Ajeng dan memperlihatkan tatapan tidak suka terhadap Chloe. Chloe pun sangat sedih dan rasanya ingin menangis, tapi ia tidak ingin kedua orang tuanya tahu kalau ia sedih atau menangis, ia tidak ingin kedua orang tuanya menjadi sedih karenanya. Maka itu, ia selalu memendam perasaannya sendiri.

Pindahnya rumah Chloe dari Balikpapan ke Bandung juga otomatis memindahkan sekolah Chloe yang semula di Balikpapan menjadi di Bandung. Kedua orang tua Chloe pun sudah mendaftarkan Chloe di sekolah yang berada tidak jauh dari kompleks perumahan yang kini ia tempati. Pada saat mendaftar, Chloe ditempatkan di kelas 2-2 SMP karena pada saat ia pindah juga saat itu ia sedang duduk di bangku kelas 2 SMP. Chloe masuk ke kelas dengan diantar oleh ibu guru. Pada saat ia masuk ke kelas, semua anak-anak yang semula sibuk dengan kegiatan masing-masing, kini serentak memandang Chloe. 

“Ayo Chloe silahkan perkenalkan diri kamu,” kata bu guru.
“Baik bu,” kata Chloe dengan tersenyum.
“Halo teman-teman, aku Chloe baru pindah dari Balikpapan. Aku mau kita bisa berteman baik ya teman-teman,” ujar Chloe saat memperkenalkan diri.
Saat pandangan Chloe berkeliling melihat teman-teman sekelasnya, ia menemukan pandangan yang tidak asing, yaitu wajah-wajah beberapa teman satu kompleknya pada saat ia berkenalan kemarin. Ia pun menjadi takut dan ingin menangis karena wajah-wajah tersebut menatapnya dengan sinis, tetapi ia tetap berusaha untuk tersenyum.
“Chloe silahkan kamu duduk di sebelah Dina, di bangku belakang itu,” kata ibu guru memberikan instruksi.
Ketakutan Chloe pun makin menjadi saat ia tahu bahwa bu guru memintanya untuk duduk di sebelah dan di depan teman-teman satu kompleknya itu. Chloe pun dengan wajah ketakutan berjalan ke arah tempat yang ditunjukkan oleh ibu guru. Ia pun segera duduk dan ibu guru keluar dari ruangan kelas 2-2.
“Halo!” Kata Chloe berusaha untuk ramah keteman-teman satu kompleknya tersebut.
“Siapa yang suruh lo buat duduk disini? Lo ngga tau kalo kita ini penguasa sekolah? Jangan harap lo bisa temenan sama kita. Sana lo pindah tempat duduk, males gue lo duduk di sebelah gue.” Ujar Dina.
“Tapi kan semua tempat duduk udah penuh Din, aku duduk dimana nanti?” Tanya Chloe.
“Ya terserah lo lah yang jelas jangan disini atau mungkin di kelas lain lebih baik buat lo.” Balas Dina.
“Yah Dina jangan gitu dong. Chloe kan anak baru, nanti kalau dia nyasar terus ngadu ke guru gimana? Sini Chloe sayang sama Aa’ Bagas aja,” goda Bagas.
“Hahahahaha.” Semua pun tertawa.
“Yasudah lo boleh disini asal lo harus nurutin semua keinginan gue dan anak-anak. Deal?” Tanya Dina.
“Oke aku janji,” Kata Chloe.

Akhirnya guru pun tiba dan pelajaran dimulai.
Hari-hari yang Chloe lalui saat ini seperti berada di bawah penjara dan selalu tertekan oleh teman-teman barunya. Chloe selalu ingat dengan teman-temannya di Balikpapan dan tanpa terasa air matanya pun sering menetes jika ia ingat saat-saat di Balikpapan, tetapi ia selalu menguatkan diri dengan memikirkan bahwa ini hanya sementara dan semua kesenangan harus ada usahanya. Suatu saat nanti ia akan mendapatkan teman-teman yang sayang padanya sama seperti teman-temannya di Balikpapan. Chloe selalu memberikan apa yang teman-temannya inginkan, mulai dari membuatkan tugas mereka, memberikan contekan pada saat UAS hingga selalu mentraktir mereka setiap hari dan karena itulah uang jajan Chloe pun habis sehingga ia selalu membawa bekal dari rumah. Walaupun uang jajan Chloe habis untuk mentraktir teman-temannya, tetapi Chloe tidak pernah mengatakan kepada kedua orang tuanya. Nilai-nilai dan prestasi Chloe yang semula bagus di Balikpapan juga menjadi hancur sejak kepindahannya ke Bandung. Ajeng pun selalu berusaha memperingatkan Chloe untuk tidak menuruti apa mau teman-temannya lagi, tetapi karena Chloe masih beranggapan bahwa suatu saat semuanya akan berubah, ia pun tetap dibutakan dengan pikiran tersebut. 

Saat SMA pun Chloe masih satu sekolah dengan teman-temannya karena nilai Chloe yang pas-pasan saat SMP sehingga ia tidak dapat diterima di SMA terbaik se Kota Bandung. Hingga kelas dua SMA, Chloe masih diperlakukan semena-mena oleh teman-temannya sampai pada saat kedua orang tuanya curiga dengan perubahan sikap Chloe yang tak acuh terhadap lingkungan sekitar. Orang tua Chloe pun mencari tahu kepada Ajeng tanpa sepengetahuan Chloe dan Ajeng pun memberitahu semuanya. Setelah Chloe pulang sekolah, ibu dan ayahnya pun mengajak Chloe untuk berbicara mengenai keadaan Chloe akhir-akhir ini dan pada saat itu juga untuk pertama kalinya Chloe melihat ibunya menangis di depan Chloe karena ibunya tahu bahwa Chloe telah diperlakukan semena-mena oleh teman-temannya. Pada saat itu juga Chloe tersadar bahwa selama ini ia telah menjadi korban dari perlakuan teman-temannya dan pada saat itu juga, Chloe memutuskan untuk bisa berubah walaupun ia tidak memiliki teman sama sekali karena ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir.

Esoknya, pada saat di sekolah Chloe bertemu dengan Dina, Bagas, Ajeng, dan kawan-kawannya yang lain. Mereka pun seperti biasa meminta Chloe untuk mengerjakan tugas mereka, tetapi Chloe pun menolak untuk memenuhi permintaan mereka. Dina, Bagus, dan kawan-kawan pun terheran-heran saat Chloe berani menolak permintaan mereka sehingga mereka mengancam Chloe dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan berteman lagi dengan Chloe. Chloe pun menjawab dengan senyum dan berkata 

“Memang hanya sedikit teman yang tulus, tetapi kita harus usaha buat nyari itu. Mendingan aku cari teman yang lain aja karena aku nggak mau hidup aku gini-gini aja. Aku mau maju.”
Semua teman Chloe pun terdiam, kecuali Ajeng yang tersenyum dengan keberanian Chloe dalam mengambil keputusan.

Semakin hari nilai-nilai sekolah Chloe pun kian membaik dan ia juga saat ini aktif di organisasi sekolahnya, yaitu OSIS sehingga ia kini mulai mempunyai banyak teman dan bahkan lebih dikenal daripada teman-temannya dulu, seperti Dina, Bagas, dan kawan-kawan. Chloe pun masih berteman baik dengan Ajeng dan Ajeng telah dianggap sebagai adik sendiri oleh Chloe. Mereka sering main dan jalan-jalan bersama. Ajeng juga telah mulai menjauhi Dina, Bagas, dan kawan-kawan. 

Meningkatnya prestasi Chloe dan semangat Chloe yang tinggi membuat Chloe mendapatkan nilai UAN tertinggi di SMAnya dan mendapatkan PMDK untuk langsung masuk ke salah satu Institut Teknologi terfavorit di Bandung.

Pada tahun 2008 Chloe memulai kuliah dan ia senang sekali karena ia langsung memiliki banyak teman dan ia terpilih sebagai salah satu mahasiswa baru terfavorit di jurusannya. Chloe pun menjadi mahasiswi yang ramah, aktif, dan juga menjabat sebagai ketua program studi pada angkatannya.

Tahun 2011 adalah saat yang tidak disangka-sangka bagi keluarga dan teman-teman yang kenal dekat dengan Chloe. Chloe yang dikenal sebagai pribadi yang pintar, ramah, hangat, dan penurut dengan orang tua, kini telah meninggalkan keluarga dan teman-temannya. Chloe yang hampir menyelesaikan pendidikannya di salah satu Institut Teknologi yang berada di Bandung tersebut mengalami kecelakaan lalu lintas pada pertengahan bulan Februari 2011 lalu yang menyebabkan ia meninggalkan keluarga dan semua orang yang kenal kepadanya. Semua yang kenal dengan Chloe sangat kaget mendengar kepergian Chloe yang sangat mendadak karena Chloe saat itu berpamitan untuk pergi ke Jakarta dalam rangka aksi sosialnya. Pada pertengahan Februari tahun lalu, satu kampus berduka atas kepergian Chloe dan banyak yang mengiringi ia ke tempat peristirahatan terakhirnya karena Chloe merupakan sosok yang unik dan disayangi oleh semua orang. Selamat jalan Chloe.